Category Archives: Sekilas Pemikiran

Pemikiran tentang macem2, didapet dari macem2 orang

To all people in my life

Setiap orang memiliki sisi lemah yang tidak ingin ia perlihatkan pada orang lain.

Tidak ingin ditertawakan, dianggap remeh, dianggap lemah, dan tidak dihargai menjadikan manusia tanpa sadar membentuk barrier terhadap manusia lainnya.

Menyembunyikan kelemahan untuk dipendam diri sendiri mungkin merupakan cara terbaik untuk melindungi diri sendiri agar tidak tersakiti.

Setiap orang memiliki medan perang masing – masing, memiliki ketakutan masing – masing, memiliki beban masing – masing.

Aku tidak bisa memahami masalah dan ketakutanmu, karena aku pun punya kelemahan dan ketakutan yang aku sembunyikan untuk diriku sendiri.

Karena aku pun membangun barrier terhadap orang lain untuk melindungi diriku sendiri.

Manusia tidak sesempurna dan sebaik itu untuk saling memahami dan menolong, karena kita semua takut tersakiti.

Tapi mari kita berusaha bersama, untuk saling memahami dan menolong, walau pada akhirnya kita akan saling menyakiti.

Aku tidak sempurna, tapi aku akan selalu mendukungmu, dengan kemampuanku yang terbatas

 

 

-to all my precious friend that has influenced my life-

Uncle Sam, What’ll you do??

Recently, every media both domestic and international emphasize on the falling of the fourth largest investment bank in USA, Lehman Brothers…This issue has worsen USA financial turmoil even more. This is still become the continuum of what everyone called as subprime mortgage crisis  which triggered by the falling of two largest mortgage backing entities in USA, Fannie Mae and Freddie mac (somehow it sounds like a husband and wife name ^^), stands for Federal National Mortgage Association and Federal Home Loan Mortgage Corporation. The continuum followed by Lehman Brother and Merill Lynch (now sold to Bank of America), it somehow reminds me to the downfall of Enron and Athur Anderson, but the difference is this issue affect broader industry on every nation.

Can we imagine how many employees walked home with no jobs and no home?? Ironically, they lived in the first superpower country….. Iraq war, lack of oil resources, global warming, economics turmoil, racial issue, all those issues lead  us to the next question, would the next president be able to solve those problem?? or at least make things better for their citizen and the rest of the world?? American, you all should choose carefully with logic and hope on the next election, cause your decision will determine your own future and the rest of the world.

Somehow the American, realized or not, has begun to reevaluate the term ‘Right or Wrong, is still my country’.  Rather than being a superpower country which control all oil-related thing, the government should revise their public policy and give more attention to their citizen’s wealthy. They are all citizen, not politician nor government, they deserve a better life in their own country.

 

Are You Happy Now??

An honest testimonial from Andy F. Noya…..

 

Banyak yang bertanya mengapa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi Metro TV. Memang sulit bagi saya untuk meyakinkan setiap orang yang bertanya bahwa saya keluar bukan karena ¡pecah kongs dengan Surya Paloh, bukan karena sedang marah atau bukan dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mungkin terasa aneh pada posisi yang tinggi, dengan power yang luar biasa sebagai pimpinan sebuah stasiun televisi berita, tiba-tiba saya mengundurkan diri.

 

 

 

Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali saya mengambil keputusan sulit. Pertama, ketika saya tamat STM. Saya tidak mengambil peluang beasiswa ke IKIP Padang. Saya lebih memilih untuk melanjutkan ke Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta walau harus menanggung sendiri beban uang kuliah. Kedua, ya itu tadi, ketika saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Metro TV.

 

Dalam satu seminar, Rhenald Khasali, penulis buku Change yang saya kagumi, sembari bergurau di depan ratusan hadirin mencoba menganalisa mengapa saya keluar dari Metro TV. Andy ibarat ikan di dalam kolam. Ikannya terus membesar sehingga kolamnya menjadi kekecilan. Ikan tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih besar.

 

Saya tidak tahu apakah pandangan Rhenald benar. Tapi, jujur saja, sejak lama saya memang sudah ingin mengundurkan diri dari Metro TV. Persisnya ketika saya membaca sebuah buku kecil berjudul Who Move My Cheese.Bagi Anda yang belum baca, buku ini bercerita tentang dua kurcaci. Mereka hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengan keju. Kurcaci yang satu selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan habis. Karena itu, dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agar jika keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain. Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun persediaan keju tidak akan pernah habis.

 

Singkat cerita, suatu hari keju habis. Kurcaci pertama mengajak sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat lain. Sang sahabat menolak. Dia yakin keju itu hanya dipindahkan oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akan dikembalikan. Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain. Dia sudah merasa nyaman. Maka dia memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yang hilang akan kembali. Apa yang terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu sampai kemudian mati kelaparan. Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah menemukan labirin lain yang penuh keju. Bahkan jauh lebih banyak dibandingkan di tempat lama.

 

Pesan moral buku sederhana itu jelas: jangan sekali-kali kita merasa nyaman di suatu tempat sehingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar. Mereka yang tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu posisi, biasanya akan mati digilas waktu.

 

Setelah membaca buku itu, entah mengapa ada dorongan luar biasa yang menghentak-hentak di dalam dada. Ada gairah yang luar biasa yang mendorong saya untuk keluar dari Metro TV. Keluar dari labirin yang selama ini membuat saya sangat nyaman karena setiap hari keju itu sudah tersedia di depan mata. Saya juga ingin mengikuti lentera jiwa saya. Memilih arah sesuai panggilan hati. Saya ingin berdiri sendiri.

 

Maka ketika mendengar sebuah lagu berjudul Lentera Hati yang dinyanyikan Nugie, hati saya melonjak-lonjak. Selain syair dan pesan yang ingin disampaikan Nugie dalam lagunya itu sesuai dengan kata hati saya, sudah sejak lama saya ingin membagi kerisauan saya kepada banyak orang.

 

Dalam perjalanan hidup saya, banyak saya jumpai orang-orang yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Bahkan seorang kenalan saya, yang sudah menduduki posisi puncak di suatu perusahaan asuransi asing, mengaku tidak bahagia dengan pekerjaannya. Uang dan jabatan ternyata tidak membuatnya bahagia. Dia merasa lentera jiwanya ada di ajang pertunjukkan musik. Tetapi dia takut untuk melompat. Takut untuk memulai dari bawah. Dia merasa tidak siap jika kehidupan ekonominya yang sudah mapan berantakan. Maka dia menjalani sisa hidupnya dalam dilema itu. Dia tidak bahagia.

 

Ketika diminta untuk menjadi pembicara di kampus-kampus, saya juga menemukan banyak mahasiswa yang tidak happy dengan jurusan yang mereka tekuni sekarang. Ada yang mengaku waktu itu belum tahu ingin menjadi apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutan pacar (yang belakangan ternyata putus juga) atau ada yang karena solider pada teman. Tetapi yang paling banyak mengaku jurusan yang mereka tekuni sekarang — dan membuat mereka tidak bahagia — adalah karena mengikuti keinginan orangtua.

 

Dalam episode Lentera Jiwa (tayang Jumat 29 dan Minggu 31 Agustus 2008), kita dapat melihat orang-orang yang berani mengambil keputusan besar dalam hidup mereka. Ada Bara Patirajawane, anak diplomat dan lulusan Hubungan Internasional, yang pada satu titik mengambil keputusan drastis untuk berbelok arah dan menekuni dunia masak memasak. Dia memilih menjadi koki. Pekerjaan yang sangat dia sukai dan menghantarkannya sebagai salah satu pemandu acara masak-memasak di televisi dan kini memiliki restoran sendiri.

 

Saya sangat bahagia dengan apa yang saya kerjakan saat ini, ujarnya. Padahal, orangtuanya menghendaki Bara mengikuti jejak sang ayah sebagai dpilomat.

Juga ada Wahyu Aditya yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk menggeluti bidang animasi. Bidang yang menghantarkannya mendapat beasiswa dari British Council. Kini Adit bahkan membuka sekolah animasi. Padahal, ayah dan ibunya lebih menghendaki anak tercinta mereka mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter.Simak juga bagaimana Gde Prama memutuskan meninggalkan posisi puncak sebuah perusahaan jamu dan jabatan komisaris di beberapa perusahaan. Konsultan manajemen dan penulis buku ini memilih tinggal di Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai public speaker.

 

Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan yang singkat ini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencapainya.

Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang dicintainya. Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu gembira dalam menikmati hidup. Bagi saya, bekerja itu seperti rekreasi. Gembira terus. Nggak ada capeknya, ujar Yon Koeswoyo, salah satu personal Koes Plus, saat bertemu saya di kantor majalah Rolling Stone. Dalam usianya menjelang 68 tahun, Yon tampak penuh enerji. Dinamis. Tak heran jika malam itu, saat pementasan Earthfest2008, Yon mampu melantunkan sepuluh lagu tanpa henti. Sungguh luar biasa. Semua karena saya mencintai pekerjaan saya. Musik adalah dunia saya. Cinta saya. Hidup saya, katanya.

 

Berbahagialah mereka yang menikmati pekerjaannya. Berbahagialah mereka yang sudah mencapai taraf bekerja adalah berekreasi. Sebab mereka sudah menemukan lentera jiwa mereka.

 

 

So, Are you happy now??

Yes I’m happy…it’s not because i love my job (not yet)…but because God has force me to leave my comfort zone, to seek my passion, to force me to reach my maximum capability, to make able to face wider environment, to not become happy with temporary happiness

And he allows me to know who i am now….that i havent yet become someone i should proud of

Thank you, for always loving me….please guide me and give me the real happiness

I am happy now…

 

 

Mengutip perkataan seorang dosen yg gw dapet di blog nya Raditya Dika :

“Kalian semua datang ke sini dengan formula standar sebuah quest (pengembaraan) tradisional yang telah terjadi dari zaman Abad Pertengahan dulu: pergi ke tempat yang belum kalian kenal, menghadapi rintangan-rintangan dengan daya kalian sendiri, dan berbicara dengan orang-orang dari bangsa lain yang akan memperkaya pengetahuan masing-masing pihak. Mungkin di zaman ini tidak ada lagi pengembaraan yang berakhir dengan bertempur melawan naga, tapi saya harap kalian telah mengalahkan naga kalian masing-masing, datang ke Utrecht dan mengalahkannya.”

So, Welcome to my new Dragon!

Hiburan Murah

Berhubung tema minggu ini (dan mudah2an selamanya) adalah “Changing My Life Style”….. berikut ini adalah beberapa hiburan murah yg terpikirkan :

1. Fotografi

Teman2 M30 (organisasi waktu Kul) gw hampir semuanya hobi fotografi….mereka nge recommend untuk mulai belajar fotografi…ga perlu kamera yang bagus, yg penting diawali dengan keinginan mengabadikan setiap moment….

Hmmmm……oke, sepertinya mulai sekarang kemana2 gw akan berusaha bawa kamera…mulai diulik2 setiap fitur2 di dalemnya….semoga bisa berkembang jadi sebuah hobi yang menyenangkan dan bisa berkumpul dengan komunitas fotografi….

Ada yang punya saran mengenai fotografi untuk pemula??

2. Novel

Dalam rangka menumbuhkan minat baca yang selama ini termanipulasi oleh komik, mulai pinjem deh novel2 di taman bacaan depan Unpar…..murah meriah….

Ada yang punya usul novel wajib baca tidak?? ga perlu harus yang berat, yang penting bermakna dan worthed untk dibaca….

3. Game

He he he he he he…..ini adalah hiburan pelipur lara semasa menyusun skripsi….dulu gw emang gamers, tapi sekarang cuma maen mini game…masih ada beberapa mini game yang belum sempet dimaenin..lumayan buat hiburan gratis, ga usah keluar rumah…..

Ada yang punya usul game seru?? gw suka tipe The Sims…dan tipe2 game yang membangun sesuatu, mengumpulkan uang, dan membelanjakan uang (maklumlah, anak ekonomi ^_^)

4. Merajut

Yang ini gw minta tolong si Puput (temen gw) buat ngajarin….kira2 enaknya bikin apa yah buat pemula???

 

Ada yang punya hobi dan hiburan murah lainnya kah??? minta usul dong….Life Style gw yang sekarang BISA MEMBUNUH GW di masa yang akan datang….Maka dari itulah, kebiasaan Nonton Bioskop, Nongkrong di Cafe, Belanja yang tidak perlu, HARUS SEGERA DIUBAH!!

The Starbucks Recession

Bangun di pagi hari dan menuruni tangga menuju ruang TV, orang tua gw langsung memberi kabar baik bahwa STARBUCKS di Amerika BANGKRUT!!!

Perlu diklarifikasi, pertama, bahwa Starbucks bangkrut adalah kabar baik (bagi ortu gw), karena mereka berpikir, dengan bangkrutnya itu toko kopi, berarti anak perempuannya bakal berenti pergi ke toko kopi itu, which is bakal nge-save uang mereka lebih banyak…..perlu diketahui pula bahwa mereka telah melakukan segala macam cara agar anak perempuannya berenti minum kopi mahal, salah satu nya adalah dengan mengganti kopi starbucks dengan kopi tubruk *dan tentu saja strategi ini tidak berhasil*…..karena itu, berita bangkrut nya starbucks adalah salah satu titik pencerahan bagi mereka….

Kedua, Starbucks tidak bangkrut, HANYA menutup 600 cabang nya di Amerika….

But WOW, as an economics student, it’s also a big news for me…….I know it wasn’t about the coffee-related things…but more about the macro economics-things….600 stores will be closed due to economics recession…is it just because of that reason??? of course not!!

ok, maybe i’ll try to discuss it later…

but 2 things i remembered from this news are :

first, even the King is not impossible to leave his empire, even the most powerful economic country can fall down

second, there are no certainty in this world, that’s why Marketing becomes an interesting subject to be learnt ^^

Should I Stop Drinking n Clubbing?

“Aduh Dit, gw lagi nahan diri untuk ga pergi dugem sampe gw sidang ntar….gw takut sidang gw ga lancar gara2 sering pergi dugem n minum….tapi gw juga ga yakin doa gw bakal dikabulin soalnya gw banyak bikin dosa, jadi gw malu untuk berdoa…” statement tersebut dikeluarkan oleh seorang sahabat baik yang saya temukan di bangku kuliah. Pembicaraan kemudian berlanjut panjang kearah karir dan kesuksesan (maklum, pembicaraan mahasiswa yang akan segera menjadi pengangguran)

Menanggapi pernyataan tersebut, saya berpikir sejenak…dan akhirnya saya mendapatkan kesempatan yang baik untuk mengeluarkan uneg2 yang selama ini menghantui pikiran…

Apakah orang yang hobi dugem dan berhedon ria pasti ga akan sukses???

dan apakah orang yg selalu taat beribadah dan belajar dengan giat dipastikan akan sukses???

dulu waktu kecil, orang tua (saya) selalu bilang kalau ingin sukses yang penting belajar dengan baik, belajar, belajar dan belajar…. dan memang itulah yg selalu saya anut sejak kecil…

but now, Helloooooo!!! fakta membuktikan bahwa dunia tidak seperti itu!! semakin melihat dunia, semakin saya mendapatkan fakta bahwa belajar saja tidak cukup……bahwa tidak ada satu faktor pun yang berbanding lurus dengan kesuksesan…

teringat suatu paradoks yang ditulis oleh Andrea Hirata di buku ketiga nya

“Sering aku merasa heran. Kawan – kawanku The Brits, yankee, kelompok Jerman, dan belanda adalah para pub crawler kawakan. Mereka senang bermabuk-mabukan. Tak jarang mereka mabuk mulai Jumat sore dan baru sadar Senin pagi. Sebagian hidup seperti bohemian, mengaitkan anting di hidung, mencandu drugs, musik trash metal, berorientasi seks ganjil, dan tak pernah terlihat tekun belajar, namun mereka sangat unggul di kelas. Aku  yang hidup sesuai dengan tuntunan Dasa Dharma Pramuka, taat pada perintah orang tua, selalu belajar dengan giat dan tak lupa minum susu, jarang dapat melebihi nilai mereka. Dengan ini, kutemukan paradoks kedua, dalam diriku sendiri”

so, saya berpikir, kenapa harus berenti dugem?? siapa tau hobi tersebut bisa berkembang jadi karir yg sukses…bukan berarti berkarir dengan membuka tempat dugem atau dagang minuman keras…tapi bisa aja dengan jadi PR Fame, ato jadi marketing team untuk bikin acara2 keren ato launching produk tertentu, ato bisa dengan dapet banyak network dan akhirnya bikin bisnis barengan….

“dugem itu dosa kan dit??”

pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab…. saya juga suka headbang, tapi saya ga merasa headbang adalah sebuah dosa, dan saya menganggap bahwa dugem dan headbang adalah 11-12, sama2 bikin addicts, cuma yang membedakan adalah tempat dam jenis musik…….jadi buat saya pribadi, adalah penilaian sebelah mata kalau men-jugde komunitas dugem dengan pandangan negatif

“gw ga pernah menilai sesuatu dari segi dosa atau pahala” iya, entah sejak kapan saya berhenti berbicara tentang dosa dan pahala, karena men-judge sesuatu sebagai dosa dan pahala adalah terlalu berat….dan bukan hak saya untuk berkata bahwa sesuatu adalah dosa….

memang, kalau bicara soal kesuksesan duniawi, tidak ada satu faktor pun yang berbanding lurus dengan kesuksesan…tapi kalau bicara soal kesuksesan akhirat, saya yakin Tuhan Maha Adil…..

Realistis ajalah!!

Gw tau dan gw mengerti gimana rasanya berada di sekeliling anak – anak perfect

Anak – anak perfect yang seberapa keras nya pun gw berusaha, ga pernah bisa gw kalahin

Kenapa gw ga pernah bisa sebagus mereka??

Bukannya gw tidak bekerja keras, tapi karena faktor waktu yang tidak bisa diulang

semua karena 2 hal : kesalahan pendidikan orang tua dan dukungan finansial

karena itu, gw ga pernah mengerti pemikiran orang yang menikah muda tanpa persiapan finansial yang kuat. Bagi gw, itu semua hanya egoisme pribadi yang mencari ‘aman’ dan sangat tidak bertanggung jawab. yang akan menerima dampaknya adalah sang anak, dia harus bersaing dengan manusia – manusia perfect

ini semua hanya pendapat pribadi dari seorang anak yang terkadang putus asa dan hanya bisa menyalahkan orang tua :

1. kalo lo ga punya duit yang banyak untuk menyediakan fasilitas pendidikan yang bagus buat anak lo, didiklah anak itu menjadi pejuang yang bermental baja. supaya kelak dia bisa struggle dan fight buat dirinya sendiri, even tanpa berlimpah duit.

2. kalo lo ga bisa mendidik anak dengan baik, ga pernah ada dirumah untuk mendidik anak, ato lo sendiri bodoh dan bermental payah, maka wajib sediakan finansial yang kuat. setidaknya ketika anak lo punya keinginan keras untuk belajar dan melihat dunia, dia akan punya modal yang cukup untuk mengejar semua itu, even dengan orang tua tidak bertanggung jawab

kalo ga punya finansial yang kuat dan ga bisa mendidik anak, jangan pernah berani punya anak.

 

Standar Kesuksesan

Hari ini, Uwa saya merayakan ulang tahunnya yang ke 58. Bisa dibilang, didalam keluarga besar saya, beliau lah yang paling sukses (jika standar kesuksesan diukur dalam satuan uang – red). Seluruh keluarga besar diundang.

Dan seperti biasa, pertemuan keluarga besar selalu mengandung topik ‘kabar terbaru pendidikan dan karir anak’, dimana para orang tua dengan bangganya saling memamerkan kesuksesan anak2 nya. Bagi kami (saya n para sepupu) yang merupakan generasi ketiga dalam silsilah keluarga besar, sejak kecil hingga kini kuliah, pembicaraan keluarga besar dalam membanding – bandingkan kesuksesan anak merupakan makanan sehari – hari sehingga membuat kami tanpa sadar merasa selalu dibandingkan dengan yang lain.

segi positif, kami semua menjadi terpacu untuk berprestasi

segi negatif, standar kesuksesan yang dinilai dengan uang dan status pekerjaan

sebagian besar anak2 dalam keluarga besar, semua menjadi orang sukses (standar sukses adalah gaji besar dan bekerja di perusahaan bonafit – red)….hal inilah yang membuat saya terus memikirkan ‘kl gw ga kerja di perusahaan bonafit dengan gaji besar, muka gw mu ditaro dimana?? muka orang tua gw mu ditaro dimana juga??’

untuk saya pribadi, tentu saja standar kesuksesan seseorang tidak bisa dinilai dari gaji, mobil, rumah atau atribut2 lainnya. sukses, memiliki nilai yang lebih dalam dari itu.

tapi, sampai taraf apa saya bisa tahan dengan semua komentar orang???

saya kebetulan diterima di perusahaan dengan status yang bonafit, sehingga cukup menyelamatkan muka saya di depan semua orang. Padahal saya sendiri tidak terlalu excited dengan status pekerjaan tersebut.

ya, semua orang menilai dari apa yang terlihat, semua menilai dari apa yang sanggup mereka ukur.

dan untuk saat ini dan mungkin beberapa tahun kedepan, saya belum sanggup mengorbankan unsur prestise dalam setiap keputusan.

karena semua orang berkomentar, semua orang memandang, dan semua orang menilai dari apa yang terlihat.

Comfort Zone

Sekilas pembicaraan sebelum dan setelah nonton Iron Man, adalah tentang Comfort Zone…

Betul, saya saat ini sedang masuk dalam sebuah comfort zone yang sangat nyaman, yang membuat saya enggan untuk keluar…

sama dengan yang saya alami ketika akan keluar dari sma, dimana HI (ekskul-red) telah menjadi sebuah comfort zone, yang ketika itu saya menangis karena harus meninggalkannya…

Kehidupan di kampus, telah menjadi sangat nyaman, dengan teman2 yang selalu mendukung, JRF yang selalu membuat saya tertawa, orang tua yang selalu membackup ketika saya kesulitan..hal tersebut membuat saya malas untuk masuk ke lingkungan baru, malas untuk melepas semua kesenangan dan kenyaman yang telah saya terima

Tapi waktu akan terus berjalan, dan sekarang saat nya keluar dari comfort zone dan kembali berjuang